Pembebas di Antara Mereka yang Terancam: Mendialogkan Filosofi Ruwatan dengan Teologi Pendamaian dalam 1 Yohanes 2:2 dan 1 Yohanes 4:10

Abstract
 The "ruwatan" ritual is a Javanese tradition that still widely practiced in various regions. Many studies have been carried out by academics to examine the aspects contained this tradition. This paper presents analysis of transcription text performed puppeteer Ki Timbul Hadiprayitno find messages it and then compared 1 John 2: 2 4:10. was chosen because script complete has published. Meanwhile, verses 4:10 were only these two New Testament contain word "ruwat". on both sides, namely whole with its incantations those exploring theological background underlies verses' emergence. "ruwat" found equivalent ἱλασμός ("hilasmos") Greek. Based sides text, church's contextualization determined. From results study, can be concluded do not adequately describe work Jesus as described John. There even contradiction related violence Batara Guru inflicts humans God's love for humans. Furthermore, "hilasmos" entirely appropriate. However, there an opportunity use philosophy introducing redemptive based meaning John.
 
 Abstrak
 Ritual ruwatan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang masih banyak dilakukan di berbagai daerah. Banyak penelitian telah oleh para akademisi untuk mengaji aspek-aspek terkandung dalam ini. Tulisan ini menyajikan analisis terhadap transkripsi teks dipentaskan dalang mencari pesan terkadung didalamnya, kemudian diperjumpakan dengan ayat Yohanes 2:2 dan Transkripsi dari pentas dipilih karena naskahnya lengkap sudah dibukukan. Sementara itu ayat-ayat hanya dua inilah Perjanjian Baru memuat kata ruwat. Analisis pada kedua sisi, yaitu mantra-mantranya tersebut menggali latar belakang teologi mendasari munculnya tersebut. Kata ruwat terdapat padanan ἱλασμός (hilasmos) bahasa Yunani. Berdasarkan sisi tersebut, selanjutnya kontekstualisasinya gereja jaman sekarang. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa maupun tidak sepenuhnya mengambarkan karya Yesus bagi manusia dijabarkan Yohanes. Bahkan ada kontradiksi terkait kekerasan kepada apabila dibandingkan kasih diberikan Allah manusia. ditemukan pemilihan “ruwat” hilasmos sebenarnya kurang tepat. Namun demikian peluang memakai filosofi memperkenalkan penebusan berdasarkan makna